PERBEDAAN FREKUENSI KONTAMINASI BAKTERI AEROB PADA WHOLE BLOOD DENGAN METODE GORES DAN METODE SEBAR DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Kontaminasi bakteri aerob pada produk darah seperti whole blood menjadi salah satu risiko serius dalam pelayanan transfusi karena dapat menyebabkan reaksi transfusi hingga sepsis. Dalam praktik laboratorium mikrobiologi, pemilihan metode nokulasi yang tepat berperan penting dalam mendeteksi kontaminasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan frekuensi kontaminasi bakteri aerob pada whole blood menggunakan dua metode inokulasi, yaitu metode gores (streak plate) dan metode sebar (spread plate).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan post-test only design. Sampel berupa whole blood sebanyak 16 sampel yang direplikasi dua kali, sehingga total 32 cawan petri untuk masing-masing metode. Inokulasi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Kesehatan Bhakti Setya Indonesia menggunakan kedua metode. Hasil pertumbuhan koloni dihitung menggunakan colony counter setelah inkubasi 24 jam. Data dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji statistik Mann-Whitney.

Hasil uji menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal (p < 0,05), sehingga digunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Rata-rata jumlah koloni metode gores adalah 1,16, sedangkan metode sebar 2.81. Hasil uji Mann- Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p 0,006) antara kedua metode. Temuan ini menunjukkan bahwa metode sebar menghasilkan jumlah koloni bakteri aerob yang lebih banyak dibandingkan metode gores. Perbedaan tersebut disebabkan oleh teknik penyebaran inokulum yang lebih merata pada metode sebar, sehingga memungkinkan lebih banyak bakter tumbuh dan terhitung sebagai koloni individu. Penelitian ini menunjukkan bahwa metode sebar dipertimbangkan sebagai metode yang lebih efektif untuk uji kontaminasi bakteri aerob dalam konteks quality control produk darah dibandingkan dengan metode gores.