PERBEDAAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT PISANG RAJA (Musa textilis Nee.) YANG DIEKSTRAKSI DENGAN PELARUT ETANOL 70% DAN 96% MENGGUNAKAN METODE DPPH (2,2-Diphenyl-1-Picrylhidrazyl)

Pola makan yang buruk dan paparan zat berbahaya bisa memicu penyakit degeneratif seperti diabetes, penyakit jantung, penuaan dini, dan kanker, akibat stres oksidatif dari radikal bebas. Antioksidan dibutuhkan untuk melindungi sel dari kerusakan tersebut. Kulit pisang raja mengandung flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak kulit pisang raja dengan pelarut etanol 70% dan 96% menggunakan metode DPPH.
Penelitian Ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian posttest only design. Kulit pisang raja diekstraksi secara maserasi dengan pelarut etanol 70% dan etanol 96%. Peneliti menguji aktivitas antioksidan masing-masing ekstrak kulit pisang raja menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhidrazyl). Senyawa baku pembanding yang digunakan yaitu senyawa kuersetin. Nilai IC50 yang diperoleh kemudian dianalisis pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit pisang raja mengandung senyawa flavonoid dan saponin, tetapi negatif terhadap uji polifenol, yang artinya ekstrak etanol kulit pisang raja mengandung flavonoid dan saponin akan tetapi tidak mengandung senyawa polifenol. Aktivitas antioksidan estrak etanol 70% kulit pisang raja sebesar 131,16 ppm dan ekstrak etanol 96% kulit pisang raja sebesar 145,21 ppm, keduanya memiliki aktivitas antioksidan sedang. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikan <0,05 yang berarti terdapat perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit pisang raja 70% dan ekstrak etanol kulit pisang raja 96%.