ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK RAWAT INAP DENGAN METODE DOQ-IT DI RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rekam medis elektronik (RME) merupakan rekam medis yang dibuat menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan rekam medis salah satu subsistem dari sistem informasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Salah satu metode yang tepat untuk menganalisis proses tingkat kesiapan penerapan rekam medis elektronik yaitu dengan menggunakan EHR Assessment and Readiness Starter Assessment oleh Doctor’s Office Quality Information Technology (DOQ IT).
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional dan rancangan penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk menjelaskan analisis tingkat kesiapan penerapan RME di fasyankes dengan menggunakan metode DOQ-IT. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara. Sampel kuesioner terdiri dari 8 Dokter, 18 Perawat, 5 Bidan, 3 Laboran, 6 PMIK, dan 5 Farmasi. Sampel wawancara terdiri dari masing-masing penanggung jawab yaitu Dokter, Perawat, Bidan, Laboran, PMIK, Farmasi dan IT. Sampel subjek kuesioner dan wawancara diambil dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kesiapan penerapan RME pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM) mendapatkan skor 16,63 dari range skor 16-25 termasuk pada kategori sangat siap. Kesiapan penerapan RME pada aspek budaya kerja organisasi mendapatkan skor 37,91 dari range skor 33-55 termasuk kategori sangat siap. Skor dalam aspek ini merupakan skor tertinggi dari aspek yang lain. Kesiapan penerapan RME pada aspek Tata Kelola kepemimpinan mendapatkan skor 27,00 dari range skor 25-40 termasuk kategori sangat siap. Kesiapan penerapan RME pada aspek Infrastruktur mendapatkan skor 12,42 dari range skor 13-20 dan termasuk dalam kategori cukup siap. Skor pada aspek ini merupakan skor terendah dari aspek yang lain karena aspek Infrastruktur TI menjadi tantangan utama dengan kebutuhan biaya yang cukup besar, perlunya penguatan sistem dan belum adanya standar HL7 agar pertukaran data lebih optimal dan terintegrasi.